Keith menamatkan pendidikan di bidang
ekonomi dan hukum, namun ia lebih memilih bekerja sebagai aktivis kemanusiaan
bekerja sama dengan beberapa firma hukum selama beberapa tahun. Ayah empat orang anak ini mendidik
keluarganya untuk berjiwa sosial dan toleran.
Sang istri Kim Ellison yang bekerja sebagai guru matematika SMA bahkan
masih menganut Kristen hingga saat ini.
Namun sebagai kepala keluarga, Ellison mengajak keempat anaknya untuk
memeluk Islam.
Karir politik Ellison dimulai tahun 2002
ketika ia mengikuti pemilihan Anggota Dewan Negara Bagian Minnesota dan
terpilih bersama 134 orang lainnya menjadi anggota dewan periode 2003-2004
melalui Partai Demokrat. Ellison
terpilih kembali untuk perode 2005-2006 dengan meraih 84% suara di distriknya. Hal ini menggambarkan tingkat kepercayaan
pemilih kepadanya meski sebagian besar pemilihnya tidak beragama Islam. Perjuangan Ellison untuk meraih eksistensi
diri dan agamanya dilanjutkan dengan mengikuti pemilihan Anggota Dewan AS
mewakili negara bagian Minnesota pada
tahun 2006. Mengikuti pemilihan
Anggota Dewan ataupun Anggota Senat yang merupakan bagian dari Konggres AS
adalah sebuah upaya yang cukup berat karena harus bersaing dengan sejumlah
kandidat potensial. Namun dengan modal
banyak melakukan pembelaan terhadap kepentingan kaum minoritas, para veteran
dan kepentingan anak-anak serta para pemuda termasuk menyewa tenaga profesional
untuk membantunya, ia terpilih menjadi Anggota Dewan AS periode 2006 – 2008.
Keberhasilan Ellison tidaklah semudah yang
dibayangkan. Sebagai muslim ia banyak
mengalami serangan berupa kecurigaan dan tuduhan ketika dirinya
berkampanye. Yang paling sering adalah
soal tuduhan keterlibatannya dengan Nation of Islam (NOI) pimipinan Louis
Farakhan yang radikal dan anti Yahudi.
Ellison menyatakan : “Saya bukanlah anggota NOI, saya adalah seorang
muslim sunni, saya menentang diskriminasi dan kebencian. Itulah sikap saya.” Ellison juga dikaitkan dengan terorisme
karena ke Islamannya. Seorang reporter
CNN bahkan pernah bertanya kepadanya : “Tolong buktikan kepada kami kalau anda
tidak bekerja untuk musuh,” Ellison
menjawab : “Orang-orang yang memilihku yakin bahwa aku setia dan sangat patriot
pada negaraku dan saya tidak perlu membuktikannya kepadamu.”
Peristiwa menarik yang patut menjadi
catatan sejarah Islam di Amerika adalah ketika Ellison dilantik menjadi Anggota
Konggres AS. Ellison menolak disumpah
dengan menggunakan Bible dan ia memilih disumpah menggunakan Al Qur’an, sebuah
hal yang sangat janggal di Amerika.
Banyak pihak menentangnya kerena akan merusak tradisi pelantikan Anggota
Konggres yang telah berumur ratusan tahun.
Namun dengan keteguhannya, Ellison akhirnya dapat dilantik menjadi
Anggota Konggres dengan Al Qur’an di tangannya.
Ia memilih menggunakan dua buah Al Qur’an ketika dilantik dan dengan
cerdas ia meminjam Al Qur’an koleksi mendiang Presiden AS Thomas
Jefferson. Mengomentari hal ini Ellison
mengatakan : “Apa yang saya lakukan dengan Al Qur’an milik Thomas Jefferson
menunjukkan bahwa sejak awal berdirinya negara ini kita memiliki pemimpin yang
visioner, yang sangat toleran, yang meyakini bahwa pengetahuan dan
kebijaksanaan dapat diambil dari mana saja, termasuk Al Qur’an.” Apa yang Ellison lakukan tentu saja
membungkam para penyerangnya.
Selama periode pertama di Konggres, Ellison
banyak mengkritik kebijakan pemerintah Bush terutama terhadap kebijakan luar
negerinya yang ofensif. Ellison sangat
menentang perang Irak dan mendorong diakhirinya keterlibatan pasukan AS di
Irak. Ketika pemerintah Bush berakhir
tahun 2008, Ellison terpilih kembali menjadi Anggota Konggres periode ke dua
tahun 2009-2011 bersamaan dengan era pemerinahan Obama. Obama sangat membanggakan kisah tentang
Ellison sebagai muslim pertama yang menjadi Anggota Konggres yang
diceritakannya ketika ia berpidato di hadapan masyarakat muslim di Kairo,
Mesir. Kiprah Ellison di pemerintahan
Obama sangat vital terutama untuk menjembatani toleransi antar umat beragama
baik di dalam maupun di luar negeri.
Beberapa kali Ellison mewakili Konggres berkunjung ke negara-negara
muslim untuk menunaikan tugas tersebut.
Apa yang dilakukan Ellison setidaknya telah
memberi gambaran bahwa keberhasilan perjuangan seorang minoritas muslim bukanlah
sebuah kemustahilan. Ellison bukanlah
tokoh yang menyembunyikan keislamannya.
Ia sering mengutip ayat Al Qur’an ketika diwawancarai dan berpidato di
hadapan non-muslim bahkan ketika di Konggres.
Dia banyak mengalami tudingan dan serangan, namun berkat kegigihannya ia
memperoleh keberhasilan. Setidaknya
sampai saat ini ia telah mencapai puncak karirnya sebagai seorang politisi yang
mewakili diri dan agamanya. Sebagai
catatan besarnya dukungan kepada Ellison dapat kita simak dari tingginya suara
pemilihnya : 2003-2004 (66,5%), 2005-2006 (84,1%), 2006-2008 (55,6%), 2009-2011
(70,9%), 2011-2013 (67,7%).
Penulis: Ust. Eddy Wibowo
0 comments:
Post a Comment